Romantika di Bulan Delapan

 "Season 1"


BAB I 

Awal Pertemuan




Bulan delapan, mungkin  menurut sebagian orang bukanlah suatu bulan yang spesial.
Tapi menurut Jany, di bulan itu adalah bulan yang sangat membekas di benaknya hingga saat ini.
Pertemuannya dengan seoseorang yang sangat singkat tapi begitu berarti dan sangat sulit untuk dilupakan .
Entah apakah orang itu merasakan hal yang sama atau mungkin tidak sama sekali.
Seseorang itu adalah laki-laki bernama Aprilio.

Waktu itu di bulan delapan saat hari menuju senja, Jany tidak sengaja bertemu seseorang yang belum pernah dia temui sebelumnya. Berlatarkan pedesaan di suatu kerumunan karena sedang ada acara rutin yaitu hari yang sudah menjadi tradisi perayaan satu tahun sekali di bulan delapan.
Dari kejauhan, Jany melihat laki-laki itu sedang duduk berjongkok di pinggiran lapang luas tempat kerumunan itu bersorak soranda. Dia duduk menepi layaknya orang asing, tanpa teman yang menemaninya bercengkrama. 
Dalam benak Jany dia bertanya-tanya "Siapakah laki-laki asing itu?".
Hanya sekedar gumaman sederhana dalam hatinya, tiba-tiba teman Jany datang dan menepuk lengan Jany, yang sontak membuatnya terbangun dari lamunan tanda tanyanya.
Temannya melihat bahwa Jany sedang melamun dan menatap laki-laki itu, seolah temannya tau apa yang ada di benak Jany. 
"Dia namanya Aprilio, orang jauh, manis ya".
Mendengar ucapan teman Jany yang terakhir, sontak membuat Jany mencari topik yang lain seakan tidak ingin terlalu larut pada pembahasan laki-laki yang membuatnya tertegun tadi.

Di kerumunan acara tersebut, mengharuskan seluruh anggotanya untuk berpastisipasi termasuk Jany. Jany kembali mengambil tugas yang diperankan untuknya.
Tiba-tiba laki-laki asing itu ikut berpastisipasi dan kebetulan Jany berinteraksi dengannya, walaupun hanya interaksi gaya tubuh dan tatapan tanpa sapaan karena mereka memang terlalu asing untuk bisa saling melontar kata.

Waktu mulai larut, acara berakhir dan semua orang kembali ke rumah masing-masing.
Di perjalanan pulang, Jany masih memikirkan laki-laki itu, entah apa yang membuatnya memikirkan orang yang tidak dikenalnya itu.
Sewaktu Jany dikamar tiba-tiba BBM notif berdering dengan nada khasnya.
Saat Jany membuka isi pesan teks dari BBM, Jany dibuat senyum-senyum sendiri, BBM itu rupanya dari temannya tadi yang menyadarkan Jany dari lamunan singkatnya tadi sore.
"Tadi si Aprilio nanyain nama kamu siapa, terus rumah kamu dimana".
Jany sangat tidak menyangka bahwa laki-laki itu ternyata juga menyadari keberadaannya. Dan Jany juga tidak menyangka kalau ternyata teman dekatnya sudah lebih dulu kenal sama laki-laki itu. Bahkan ternyata sore tadi mereka pulang bersama.
Dengan obrolan yang sangat panjang karena rasa keingintahuan Jany tentang laki-laki itu yang tiba tiba saja muncul, akhirnya Jany tau siapa itu Aprilio.
Tidak ada yang spesial antara pertemuan Jany dan Aprilio saat itu, tapi itulah awal pertama bertemunya Jany dan Aprilio.

BAB II

"Awal Perkenalan"




Awal perkenalan Jany dan Aprilio mengalir begitu saja, waktu itu Jany dan teman dekatnya melakukan jalan-jalan bersama. Dan tanpa sepengetahuan Jany ternyata teman dekat Jany mengajak Aprilio untuk bergabung. Jany tidak tau harus berkata apa pada temannya, kenapa dia harus mengajaknya untuk bergabung. Jany menjadi kikuk sendiri tidak tau lagi harus memberi topik pembicaraan apa agar kesannya tidak terlalu canggung untuknya dan Aprilio. Karena melihat teman dekatnya sudah lebih akrab dengan Aprilio, dia merasa menjadi sangat asing. Tapi itu semua tidak lagi setelah Aprilio mencoba membuka topik pembicaraan walau hanya sekedar basa basi. Sambil jalan dia bertanya siapa nama Jany, Jany kelas berapa dan tiba-tiba dia langsung meminta nomor HP nya Jany. Dalam benak Jany, dia merasa kaget "Loh baru kenal kok udah minta nomor HP".
Jany sempat ragu apakah akan dia berikan atau tidak, tapi karena teman dekatnya mengkode Jany untuk memberikan nomor handphonenya , akhirnya Jany setuju untuk bertukar nomor handphone dengan Aprilio. Walaupun dalam benak Jany dia agak takut karena dia dan Aprilio baru pertama kali kenal, bertemu, bahkan bercengkrama secara dekat.
Karena menurutnya Aprilio adalah sosok yang masih sangat asing untuknya. Dan Jany bukanlah tipe perempuan yang mudah dekat dan percaya dengan laki-laki. Dia adalah tipe yang sangat berhati-hati sekali terhadap laki-laki yang ingin berkenalan dengannya. Tapi disisi lain Jany mencoba untuk berfikir positif, karena secara gak langsung dia udah tau asal usul Aprilio dari keluarga siapa. Sepanjang perjalanan mereka dibumbui oleh pertanyaan-pertanyaan umum dan cenderung penuh kebasa-basian. Namun hal sederhana itulah yang membuat Jany dan Aprilio menjadi cepat akrab. Akhirnya mereka bisa sama-sama saling melontar canda dan tawa.
Pertemuan pertama pun berakhir saat keduanya sudah sampai di rumah masing-masing.
"Tiba-tiba handphone Jany berdering, muncul notif pesan SMS dari nomor asing".
 "Hai".
Tanpa berfikir panjang ataupun bertanya-tanya Jany langsung bisa menebak siapa yang mengiriminya pesan singkat tersebut. Siapa lagi , benar Aprilio. Hari demi hari berawal dari sapaan obrolan pesan yang biasa berubah menjadi pesan yang sangat panjang dan intens. Mereka semakin akrab di chatting sampai akhirnya bisa saling bertukar pin BBM. Obrolan demi obrolan, pagi, siang, sore dan malam tiada henti sewaktu laki-laki itu masih disini. Dan akhirnya Jany dan Aprilio memulai pertemuan keduanya. Mereka jalan-jalan bersama lagi, tapi kali ini berbeda karena mereka sudah semakin akrab. Akhirnya Jany memberanikan diri mengajak teman-teman dekatnya yang lain untuk bergabung. Jalan-jalan kali ini cukup jauh dan sepanjang perjalanan entah apa yang membuat Aprilio berusaha untuk selalu bisa dekat di samping Jany, Aprilio mencoba untuk bisa terus-terusan bergurau dengan Jany, bahkan saat jalan pun Aprilio selalu mendampingi Jany. Seketika ada perasaan tidak nyaman dalam benak Jany terhadap teman-temannya yang ikut dalam perjalanan itu, karena Aprilio terlihat begitu menonjol dengan hanya terfokuskan padanya.
Akhir cerita mereka telah sampai ke tujuan yang ingin mereka kunjungi.
Yaa waktu itu sedang ada karnaval. Hanya sebentar saja mereka melihat karnaval tersebut karena cuaca disana sangat panas dan Aprilio sepertinya bukan tipe orang yang menyukai cuaca panas, terlihat dari sikap dia yang rewel mengajak Jany dan teman-teman yang lainnya untuk segera kembali ke rumah. Di perjalanan pulang mereka melewati jalan yang berbeda. Mereka melewati jalan setapak di pedesaan yang ditumbuhi ilalang di pinggirannya, Jany tertarik dengan satu bunga ilalang tersebut. Dia mencoba untuk memetiknya, tapi tangannya tidak cukup kuat untuk menarik batang bunga ilalang tersebut. Dia tetap bersikeras berusaha memetiknya padahal teman-teman yang lain sudah berjalan jauh meninggalkannya. Namun ternyata Aprilio juga tertinggal agak belakang dengan Jany. Melihat Jany yang sedang kesusahan tersebut akhirnya Aprilio datang menghampiri Jany dan mulai membantu Jany untuk mengambil bunga ilalang tersebut. Melihat Aprilio yang tiba-tiba datang menghampiri, Jany langsung bergegas beranjak karena dia takut teman-teman yang lainnya akan menoleh ke belakang dan berfikir yang berlebihan tentang mereka berdua. Dengan cepatnya, Aprilio berhasil memetik bunga tersebut dan langsung mengejar langkah Jany untuk memberikan bunga tersebut. Jany berterima kasih kepada Aprilio dan mereka melanjutkan perjalanan sampai kembali ke rumah masing-masing. Mungkin jalan yang pernah mereka lalui semasa dulu bisa disebut dengan jalan kenangan untuk kisah mereka berdua.

BAB III

"Romantika di Mulai Pada Tahun Itu" 



Sesampainya di rumah, Jany terus memikirkan sikap Aprilio apakah dia juga bersikap sangat hangat dan akrab seperti ini dengan seseorang yang baru dia kenal. Dan apakah dia juga melakukan hal yang sama dengan semua perempuan. Sampai di saat pertemuan mereka yang kedua ini dan bahkan bisa dibilang yang terakhir mereka masih terus saling melanjutkan obrolan. Dan obrolan mereka lebih megarah pada pendekatan yang lebih spesifik lagi. Mereka berdua sama-sama saling melontarkan perhatian, kekhawatiran, gombalan , candaan dan obrolan menyenangkan lainnya. Jany mulai berkata dalam hati "Apakah sikap Aprilio terhadapnya adalah sikap yang normal yang biasa dia lakukan dan hanya menganggap semua ini hanya sebatas pendekatan terhadap teman barunya yang baru dia kenali. Dan mungkin saja dia juga bersikap seperti itu terhadap teman-temannya yang lain". Jany mulai bingung harus mengartikan apa sikap Aprilio terhadapnya , dan tanpa terelak lagi rasa itu lama kelamaan mulai muncul, dari mulai rasa nyaman, bahagia saat bertemu, dan menunggu chat darinya adalah hal yang sangat mendebarkan untuknya. Dia tidak tahu apakah rasa ini hanya sepihak.
Di tengah gumaman dalam hatinya yang dipenuhi cercaan tanda tanya, tiba-tiba teman dekat Jany mengirimkan pesan teks pada Jany
"Jan, kamu mulai suka ya sama Aprilio? Aku ngerasa pas kita jalan-jalan tadi kamu sama dia lebih deket dari yang aku kira, kalian pasti juga sering berkirim pesan ya, padahal aku yang lebih dulu kenal sama dia aja gak bisa sedeket ini tuh sama dia. Aku cuma mau bilang aja kalau sebenarnya aku suka sama Aprilio dari pertama kali aku kasih tau kamu nama dia siapa dan waktu aku bilang ke kamu kalau dia manis, jadi tolonglah kamu jaga jarak sama dia, kamu sahabat aku kan?!".
Seketika Jany kaget dan linglung membaca isi SMS dari teman dekatnya sedari kecil itu. Dia tidak menyangka kalau teman dekatnya memiliki perasaan terhadap laki-laki itu. Jany bingung harus membalas pesan temannya itu bagaimana, disisi lain dia baru saja memikirkan tentang perasaan yang teramat membahagiakan karena laki-laki itu. Tapi, tiba-tiba perasaan itu seperti terbang layaknya bunga ilalang yang berhamburan karena tertiup angin kencang, tidak tentu arah terombang-ambing dan tidak tau bagaimana harus terhenti.
Dengan keberanian mengakhiri lamunannya yang cukup panjang, dia mencoba mengalah dan memahami perasaan sahabatnya itu, karena Jany merasa tidak ada hak juga untuk suka terhaadap laki-laki itu, karena memang benar faktanya bahwa teman dekatnya itulah yang lebih dulu memperkenalkan Jany dengan Aprilio. Akhirnya Jany memutuskan untuk setuju, dia berjanji untuk segera menjauhi Aprilio dan bahkan bersikap sangat jutek terhadap Aprilio.
Setelah keputusan yang dengan berat hati dan menjadi bagian yang menyakitkan serta patah hati terbesar untuknya karena harus merasakan apa itu mengakhiri sebelum memulai, mengiklaskan sebelum memiliki, dan mencoba mengalah atas dasar rasa yang baru pertama kali dia rasakan seumur hidupnya.
Tiba-tiba dering pesan berbunyi, dan sangat tidak di sangka di waktu yang bersaaman Aprilio mengirim pesan kepada Jany.
"Hai" dari Aprilio.
Seperti itulah sapaan awalan yang sangat indentik dengan Aprilio saat itu,
Hati Jany sudah tidak tahu lagi harus bahagia ataukah sedih dan kecewa melihat orang yang dia tunggu sedari tadi yang selama ini pesan teks darinya menjadi hal yang menyenangkan untuk dia tunggu, saat itu juga menjadi hal yang menyakitkan untuknya.
"Oh Hai juga, ada apa?" balas Jany
"Gak kenapa kenapa kok aku cuman mau bilang thanks for today aja, dan aku mau ngomong sesuatu sama kamu". dari Aprilio
 "Yaudah ngomong aja atuh gak usah sungkan".balas Jany
"Tapi kamu janji ya kalau aku ngomong, kamu jangan bilang ke siapa-siapa" dari Aprilio
"Iya-iya emangnya ada apa sih kayaknya serius banget" balas Jany
"Jadi sebenarnya aku tuh suka sama kamu, karena kamu tuh orangnya sederhana dan apa adanya" jawab Aprilio.
Seketika Jany sangat kaget dan down membaca isi pesan dari Aprilio.
 "Kenapa hal yang yang seharusnya aku nantikan menjadi hal yang sangat menyakitkan untukku. Kenapa harus datang secara bersamaan? Ya Tuhan aku harus bagimana? Disisi lain aku harus memikirkan sahabatku, karena aku dan dia lebih lama kenal, tapi disisi lain aku juga merasakan hal nyaman dan bahagia jika berada di dekat laki-laki itu".
Gumamnya dalam hati yang sangat berkecamuk dan hanya bisa ditanggung oleh dirinya sendiri.
Setelah berfikir panjang tibalah Jany pada akhir keputusan yang menurutnya sangat berat dan teramat menyakitkan untuknya.
Dia memulai membalas pesan Aprilio yang sebenarnya bukan itu yang ingin dia sampaikan.
"Maaf Aprilio aku tidak bisa  membalas perasaan suka kamu ke aku, karena selama ini aku cuma menganggap kamu sebagai teman aku aja dan gak akan bisa lebih dari itu. Lagian kita juga baru kenal. Maaf, dan aku rasa kita gak perlu terlalu sering untuk saling menghubungi lagi. Jadi bersikaplah biasa aja dan sewajarnya". balas Jany

Beberapa menit kemudian Aprilio baru menjawab pesan dari Jany.
Dalam benak Jany dia berkata "Kira kira balasan seperti apa yang dia kirimkan untuk membalas pesanku yang begitu jahat dan angkuh. Dan baru ini dia membalas pesankanku dengan jangka waktu yang agak lama dan tidak seperti biasanya. Tapi harus kuakui semua ini kulakukan demi menjaga persahabatanku dan aku rasa aku mengambil keputusan yang bijak, walau aku tau harus ada yang dikorbankan dan tersakiti".
"Oh hahaha , yaudah gapapa kok, maaf ya kalau selama ini aku ganggu kamu, aku gak akan sering sering lagi kok ngehubungin kamu, kalau emang gak ada sesuatu yang penting. Aku juga sadar kalau aku mungkin kecepetan, dan kita juga jauh gak bisa sering ketemu. Kebetulan aja ini aku ikut kesini gak tahu lagi nanti". balas Aprilio

Saat membaca isi pesan dari Aprilio tersebut Jany merasa sangat sedih sekali, matanya berkaca-kaca. Hatinya patah tak terarah. Tapi apa daya mungkin ini memang yang terbaik untuknya dan juga Aprilio.
Toh kalau memang jodohnya pasti ada seribu cara untuk didekatkan, tidak peduli seberapa berat jalannya sekarang. Itu saja yang menjadi pegangannya saat itu. Berfikir positif dan memulai memasrahkan semua pada Tuhan, percaya bahwa Tuhan ikut andil dalam pertemuannya dengan Aprilio.
Dengan tegar Jany mulai membalas, melihat jawaban Aprilio dia mulai membiasakan dengan mebalas pesan secara singkat.
"Iya makasih atas pengertiannya". balas Jany


BAB IV

"Perpisahan"



Setiap pertemuan pasti ada perpisahan, itu sudah menjadi hal yang memang digariskan dalam hidup.
Hari demi hari hingga akhirnya menuju penghujung hari terakhir Aprilio disini. Dan juga tanpa disadari dia sudah berada disini selama empat belas hari.
Yaa, pertemuan singkat antara Jany dan Aprilio.
Nada dering pesan tiba tiba berbunyi, pesan itu dari Aprilio.
Setelah sebelumnya berhari-hari Jany dan Aprilio tidak saling mengirim pesan, karena sebelumnya mereka telah memutuskan untuk berjaga jarak dan tidak terlalu sering saling menghubungi.
"Jan, aku besok mau balik ke tempat yang jauh itu, aku pamit ya, makasih untuk perkenalan dan waktunya selama ini". dari Aprilio
"Oh iya sama sama, take care ya selamat sampai tujuan. See you next time". balas Jany
"Iya see you too". dari Aprilio
Begitulah, isi pesan Jany dan Aprilio yang sudah sangat terlihat sekali jarak di antara mereka.
Tiba-tiba saat Jany keluar rumah, Jany melihat Aprilio berjalan melewati depan rumah Jany sepertinya dia membeli sesuatu untuk di bawa kembali ke tempatnya yang jauh. Jany yang kaget melihat Aprilio, sontak saja membuat Jany langsung tengkurap bersembunyi di belakang teras depan rumahnya. Kejadian ini memang sangat konyol dan menyesalkan bagi Jany, alih-alih menyapa dan bersalaman dia sebegitunya menghindar. Hal yang sebenarnya sangat tidak pantas dia lakukan. Dia menyadari harusnya tidak bersikap seperti itu, tapi dia tidak memiliki keberanian dan terlalu malu untuk mengucap salam perpisahan.
Entah pada saat itu Aprilio melihat Jany atau tidak , Jany masih sangat menyesalkan hal itu.
Waktu terus berlalu, hingga waktu itu menunjukkan pukul pagi. Dalam benaknya dia bergumam , "Ya kemaren adalah hari terakhir aku bisa melihatnya secara dekat, bodohnya aku malah aku sia-sia kan dengan penghindaran yang seharusnya tidak aku lakukan".
Seperti sebuah kebetulan atau apa setiap Jany memikirkan Aprilio , tiba-tiba Aprilio menghubungi Jany. Sekali lagi Aprilio pamit kepada Jany kalau pagi ini dia sudah dalam perjalanan berangkat untuk kembali ke tempatnya yang jauh.
"Jan, aku balik dulu ya. See you". dari Aprilio
Jany bingung harus menjawab apa, gumamnya "Secepat inikah pertemuan kita, ah rasanya seperti mimpi aku belum rela, aku bahkan mengecewakan dia. Ya Tuhan pertemuan apa ini datang begitu cepat pergi begitu cepat, tapi perasaan semakin lama semakin menetap".
Tiba tiba dering panggilan masuk. Dering itu dari...
"APRILIO"
Jany tidak berani mengangkat telepon dari Aprilio dia terlalu banyak berfikir, ada perasaan takut bahwasanya dia harus konsisten dengan janjinya dan dia harus bersikap biasa demi sahabatnya. Toh dia sudah menolak mentah-mentah rasa Aprilio terhadapnya. Jadi dia putuskan untuk tidak mengangkat karena terlalu malu.
Telepon itu berdering lebih dari dua kali.
"Jahat sekali aku sewaktu dulu", gumam Jany .



                                                                                                      -bersambung-
by dhiahfitria19


Komentar

Postingan Populer